Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Ngajar anak-anak? Apa aku bisa?

Aku lebih suka berteman sepi, menikmati kopiku sendiri. Bukan anti sosial, tapi aku cenderung memiliki kepribadian yang introvert atau bisa dibilang juga aku adalah perempuan yang pemalu.

Jujur terkadang aku kesal dengan diri aku sendiri, ingin sekali bergaul dengan orang banyak tapi faktanya baru sebentar saja aku mengobrol rasanya energi yang aku keluarkan terkuras habis dan aku lebih suka menghabiskan waktu aku sendirian.


Seperempat abad aku hidup di dunia, aku masih belum bisa memanfaatkan waktu yang aku miliki, masih sangat sedikit belajar tentang ilmu agama maupun ilmu dunia. Padahal samudra lautan ilmu begitu luasnya, sedangkan aku masih sangat sedikit mempelajarinya apalagi memanfaatkannya.


Aku ingin merubah kepribadianku. Aku selalu berdoa supaya Allah membantuku untuk bisa merubah sifatku ini,  dan akhirnya Allah jawab dengan di terimanya aku di Hafizhah Pengusaha. Nah, ada apa sih di Hafizhah Pengusaha ini? Dan apa hubungannya dengan kepribadianku? Jawabannya adalah karena di Hafizhah Pengusaha ini ada sebuah kegiatan yang bisa membantu aku untuk sedikit demi sedikit merubah sifat pemalu aku.


Sedikit cerita, aku belum pernah sama sekali ada pengalaman untuk mengajar anak-anak TPA. Nah, apah sih TPA itu? Taman Pendidikan Alquran atau biasa juga dikenal dengan TPQ merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang mengajarkan siswanya untuk bisa baca tulis Al-Quran serta materi keagamaan lainnya. Ini merupakan pengalaman pertama untukku. Hafizhah Pengusaha memfasilitasi semua aku hanya di suruh untuk menjadi pengajar anak-anak di Huffaz Junior.


Huffaz Junior adalah nama TPA yang didirikan oleh Ustadzah Fitri Sundari & Ustadzah Avissena Pramitasari. Sebuah kegiatan yang InsyaaAllah bermanfaat ini mengadakan kegiatan belajar mengajar Al-Qur’an untuk anak-anak usia rata 5-13 tahun.


“Gimana ini, apa aku bisa ngajar anak-anak?”. “Apa aku bisa ngobrol depan orang banyak?”. “Aku bakal ngejelasin apa nanti?” pertanyaan-pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. 


Hari pertama aku mengajar anak-anak Alhamdulillah ternyata tidak seburuk yang aku bayangkan. Ustadzah adalah panggilan mereka untuk kami, kesan pertama seumur hidup aku dipanggil dengan sebutan Alhamdulillah Allah selalu membantuku. Menghilangkan sedikit demi sedikit keraguan dalam hatiku.

Sudah hampir dua bulan aku dan teman-teman mengajar anak-anak, Alhamdulillah semua berjalan dengan baik. Aku yang awalnya sangat takut sekarang sudah mulai terbiasa, aku sudah bisa memposisikan diri aku bagaimana cara menghadapi anak-anak. Pelajaran pertama yang aku dapat adalah berusaha bagaimana cara keluar dari zona nyaman, yaitu mendoktrin diri untuk jangan malu dan jangan ragu. Sedikit paksaan aku tanamkan kepada diri aku sendiri agar aku bisa berubah menjadi berani.


Sebagaimana kita tahu, masa kanak-kanak adalah masa bermain. Maka dari itu, sudah seharusnya para guru pemula memberikan kebebasan untuk mereka bermain. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada yang langsung paham ketika dijelaskan materi, ada yang harus berulang-ulang ada juga yang sudah berkali-kali dijelaskan tetapi masih belum mengerti juga dan itu lah tugas kami untuk bisa mengkondisikan keadaan agar selalu kondusif.


Banyak hal yang aku pelajari disin yaitui, Cara mengajar anak-anak itu harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Di usianya yang belum bisa memahami semua kata, mereka harus mendapatkan beragam informasi melalui kata-kata sederhana yang mudah dipahami. Dan selalu berikan kalimat tanya untuk menyemangati mereka supaya tidak mudah bosan.


Selain itu, aku juga berusaha untuk tidak terlalu cepat saat berbicara, karena bisa membuat anak bingung. Dengan menyampaikan dengan bahasa sederhana dan tepat, dapat menambah kosakata yang ia miliki dan berdampak dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak.


Dari anak-anak pula aku bisa belajar tentang kesabaran. Mulai dari mereka yang tidak mendengarkan ketika kami sedang menjelaskan, bermain-main ketika sedang pemberian materi, dan masih banyak lagi. Kita sebagai pengajar tidak bisa menyalahkan mereka, karena itu memang dunianya mereka. 


Alhamdulillah selama kami mengajar anak-anak huffazh junior semua berjalan dengan lancar, target kami selama 6 bulan mengajar adalah agar anak-anak bisa hafal Qs. Ar-Rahman, semoga Allah kabulkan.


Selain itu juga, kami sebagai pengajar pemula mengajarkan tentang akhak baik, adab sehari-hari, menceritakan kisah-kisah nabi, mengajarkan do’a-do’a dan masih banyak yang lainnya. Harapannya adalah dengan mengajarkan beberapa sikap sosial tersebut sejak dini, nantinya mereka akan tumbuh menjadi orang yang peduli dengan sesama.


Aku yang notabene bukan dari lulusan pesantren, mengaji Al-Qur’an pun masih belum se fasih temenku yang lain apalagi ilmu-ilmu agama pun aku belum tahu banyak. Tetapi Ustadzah kami selalu mengajarkan dan menyemangati bahwa sebaik-baiknya ilmu yang dipelajari adalah untuk di amalkan kembali.


‘Abdul Wahid bin Zaid berkata,


من عمل بما علم فتح الله له ما لا يعلم


“Barangsiapa mengamalkan ilmu yang telah ia pelajari, maka Allah akan membuka untuknya hal yang sebelumnya ia tidak tahu.” (Hilyatul Auliya’, 6: 163).


Semoga dengan niat yang tulus, kami mendapatkan taufik dan hidayah dari Allah untuk selalu belajar dan mengajarkan.


Dari anak-anak juga aku jadi sedikit flashback mengingat dulu aku juga pernah seperti mereka. Mengajar mereka memang harus penuh dengan rasa sabar dan semangat. Mereka adalah peniru terhebat didunia ini, sehingga kita sebagai pengajar sebisa mungkin harus memberikan contoh yang baik untuk mereka.

Post a Comment for "Ngajar anak-anak? Apa aku bisa?"