Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Contoh Autobiografi Dari Kecil Sampai Dewasa

Namaku Asmiati Rohmah. sebuah nama yang diberikan mamah dan bapak untukku, Aku tidak pernah tahu apa artinya, karena orangtuaku tidak pernah memberi tahu arti namaku yang sebenarnya, hanya nama belakangku yang aku tahu artinya yaitu penuh kasih sayang, itupun karena aku sering baca di Al-Qur’an. Tapi aku percaya orangtuaku tidak mungkin memberikan nama sembarangan kepada anaknya. Aku lahir disebuah kampung kecil yang bernama Leuwi Sari, tahun 1998. Aku adalah buah hati dari pasangan Irwan Busroni dan Tuti Hasanah. Aku dibesarkan oleh kedua orangtuaku disana, tepatnya di Kampung Leuwi Sari, Desa Panyebrangan Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Sewaktu aku masih kecil, aku sering dipanggil dengan sebutan Mia, karena menurut mamah nama panggilan itu cocok untukku. Ketika aku masuk SD, ternyata aku duduk dengan seseorang yang namanya sama dengan nama panggilanku, yaitu Mia. Tapi, itu memang nama asli dia. Dan semenjak saat itu Mamah mengganti nama panggilanku dengan Ami, alasannya sangat sederhana, supaya ketika Mamah manggil tidak nengok dua-duanya, haha lucunya Mamahku ini. sebetulnya hurufnya cuman itu-itu saja, hanya diubah penempatannya yaitu dari Mia menjadi Ami. Ah entahlah, aku sih tidak terlalu mempermasalahkan soal nama panggilanku, mau dengan sebutan apapun orang memanggilku ya terserah mereka.

Nah, ketika aku masuk SMP, saat MOS aku Memperkenalkan diri dengan nama panggilan Asmi. Alhasil, semenjak saat itu orang memanggil aku dengan sebutan Asmi, Sampai-sampai teman lamaku pun yang tadinya memanggilku Ami mereka ikut-ikutan memanggilku Asmi. Tetapi ada juga sih yang memanggilku Asmumah lah, miun lah, miot lah, pokonya banyak teman-temanku memanggilku dengan sebutan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan nama lengkapku. 

Lulus SMP lanjut ke SMA, akupun memiliki nama panggilan yang baru, ini agak lucu menurutku, berhubung aku memiliki postur tubuh yang kecil, akhirnya mereka memanggilku dengan sebutan Acil. Mau tahu Acil itu singkatan dari apa? Acil adalah Asmi Kecil. Duh, mau tidak mau yaudah aku terima saja, toh memang benar adanya, dari 40 orang siswa di kelas, hanya aku yang memiliki postur tubuh yang kecil dan pendek pula. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan itu, mungkin itu panggilan akrab mereka untukku. 

Berbicara tentang tinggi badan, aku memiliki tinggi badan sekitar 146 cm. Wajarlah orang memanggilku dengan sebutan Acil. Memang ketika aku masih duduk di bangku kelas X SMA, berat badanku hanya 38 kg. Dan yang lebih parah, ketika aku SMP tinggi badanku hanya 144 cm, dulu aku selalu positif thinking mungkin suatu saat nanti aku bakalan tinggi. Tetapi, Faktanya aku hanya naik 2 cm, padahal semenjak saat itu aku rutin olahraga dan selalu minum susu tiap pagi dan malam. Ah yasudahlah, mungkin karena faktor gen yang ayah wariskan kepadaku. 

Aku memiliki bentuk wajah yang bulat, pipi sedikit mengembang dan hidung agak mancung ke dalam alias pesek hehe. Aku memiliki mata yang sipit, dan aku memiliki bentuk rahang yang sedikit maju kedepan, kalau dalam bahasa sunda dikenal dengan sebutan cameuh, dan aku memiliki gigi gingsul, menurut kebanyakan orang, yang memiliki gigi gingsul itu cantik, tapi tidak menurutku. 

Aku memiliki bentuk telinga sama seperti orang pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah aku memiliki tahi lalat di belakang telinga, ketika aku sedang nyisir rambut dan orang melihatnya, pasti mereka berpikir itu adalah kutu, padahal kenyataannya itu adalah tahi lalat. 

Aku memiliki rambut yang lebat dan hitam sekali, dan aku memiliki bentuk kaki yang unik, dibilang 
unik karena aku memiliki enam mata kaki, 3 sebelah kanan dan 3 lagi sebelah kiri. Warna kulitku standar, tidak terlalu hitam dan tidak terlalu putih atau orang-orang sering menyebut dengan warna sawo matang. 

Aku termasuk orang yang banyak makan tetapi susah gemuk, dari SMP sampai sekarang Aku sudah lulus SMA, tinggi dan berat badan aku hanya naik sedikit saja. Berat badanku saat ini adalah 45 kg, lumayan agak gemuk dari sebelumnya, Disamping kelebihan dan kekurangan yang ada pada diriku, aku tetap bersyukur karena banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung aku memiliki tubuh yang tanpa cacat sedikitpun. 

Aku dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, harmonis dan penuh kasih sayang. Sebelum Ayah meninggal, Ayahku bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan tempat pengolahan Teh. Sedangkan Ibuku sebagai seorang ibu rumah tangga. Namun walaupun kami hidup dengan sederhana tapi kami hidup dengan bahagia. Kedua orangtua kami mendidik kami dengan baik dan penuh dengan kasih sayang. 

Aku adalah anak ketiga dari 4 bersaudara. Kakakku yang pertama bernama Arman Mulyadin. Usianya saat ini menginjak 28 tahun, kakakku yang pertama belum menikah. Ia sangat menyukai traveling, sampai-sampai tempat wisata yang terkenal di Indonesia pun berhasil ia kunjungi. 

Kakakku yang kedua bernama Erna Wati, umurnya 24 tahun dan ia telah menikah dengan seorang laki-laki asal Sukabumi yang bernama Wawan Hermawan, mereka telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Muhammad Sakhi Zaidan, umurnya saat ini sudah 3 tahun bulan Juni kemarin, Lagi lucu-lucunya. Namun sayangnya kami jarang sekali bertemu, hanya sekali dalam setahun kami bertemu, itupun pada saat hari raya Idul Fitri saja. Dan aku memiliki seorang adik perempuan cantik yang bernama Winda Ahdiningsih, dia berusia 15 tahun, selisih 4 tahun denganku. Saat ini ia duduk di bangku SMA kelas 1. 

Keluarga kami termasuk keluarga yang lumayan taat beribadah, dari kecil saya sudah diajarkan mamah untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu. Waktu kecil dan sampai sekarang setiap adzan datang, mamah selalu cerewet menyuruhku segera melaksanakan sholat karena mamah mengatakan jika melalaikan sholat berarti kita meruntuhkan tiang agama Islam dan termasuk kedalam golongan orang-orang kafir. 

Aku bangga akan pengorbanan mereka untukku dan aku sayang dengan mereka. Karena tanpa mereka aku tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya hidup. Aku beruntung memiliki keluarga seperti ini 

19 tahun yang lalu aku dilahirkan. Dibantu oleh dukun beranak, karena pada saat itu dokter atau bidan masih sangat jarang dikampungku, bahkan sekalinya ada pun jarak antara rumahku dengan rumah sakit sangat jauh. Alhasil, kami berempat dilahirkan dengan bantuan dukun beranak disekitar tempat tinggal kami. 

Cianjur adalah tempat dimana aku dilahirkan. Aku dilahirkan pada tanggal 21 Ramadhan 1419 Hijriyah, hari selasa tepat pukul 01.00 WIB tengah malam. Aku lahir secara normal dan tanpa hambatan apapun. Segala puji bagi Allah yang telah menitipkan aku pada sosok seseorang yang sangat luar biasa. Seseorang yang berjiwa malaikat, sosok yang tanpa pamrih merawat dan menjagaku dari mulai aku berada dalam kandungan sampai aku bisa melihat indahnya dunia untuk pertama kalinya. Dan sosok seseorang itu adalah mamah. 

Dulu ketika aku lahir, yaitu tahun 1998 sedang terjadi krisis ekonomi, semua serba susah, BBM melonjak naik. Dan menurut cerita yang aku dengar dari mamah, pada bulan Mei tahun 1998 terjadi kerusuhan. Kerusuhan tersebut adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia khususnya di Jakarta dan katanya terjadi di beberapa daerah lainnya.Entah apa latar belakangnya, karena mamah tidak menjelaskan secara detail. 

Hal yang paling menyedihkan adalah, dari bayi sampai umur 5 tahun aku tidak pernah merasakan yang namanya imunisasi. Kata mamah sih karena memang pada saat itu posyandu sangat jauh dari rumah kami. dan alasan lain adalah karena memang pada saat aku dilahirkan, ekonomi keluarga sedang tidak stabil, sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Tetapi meskipun aku tidak pernah merasakan imunisasi, Alhmdulillah aku masih bisa merasakan indahnya dunia sampai saat ini. 

Oke berbicara tentang tempat lahirku, yaitu Kota Cianjur. Cianjur adalah salah satu kota/kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat.Cianjur terletak antara Kota Bogor dan Sukabumi. Kota yang masih asri, sejuk dan nyaman ketika berada dikota ini. Udara sejuk bisa kita dapatkan disini. Tapi aku tidak tahu keadaannya sekarang, karena aku sudah tidak tinggal lagi di sana. Banyak yang bilang sih Cianjur sekarang tidak sama seperti Cianjur yang dulu. Polusi dimana-mana, udara sejuk tidak bisa ditemui lagi di kota ini. 

Mengenai cerita masa kecil, aku memiliki kisah klasik tentang masa kecilku. Sejak aku dilahirkan sampai aku berusia 5 tahun, aku masih tinggal bersama orangtuaku. Masa kecilku aku dikenal sebagai anak yang pendiam dan sangat pemalu, sampai-sampai orang mengibaratkan aku ini seperti gendang, hanya berbunyi ketika dipukul. Dan aku pun membenarkan hal itu, karena memang pada kenyataannya aku seperti itu, aku jarang sekali berbicara. 

Kemudian ketika aku berumur 6 tahun, aku di rawat oleh nenek dan kakek dari mamahku, karena dulu mamah sangat susah mengurus kami berempat dan akhirnya aku yang di ungsikan untuk tinggal bersama nenek, supaya sedikit meringankan beban kedua orangtua. Mau tidak mau aku menuruti apa kata orangtua. Rumah nenek dengan rumahku tidak terlalu jauh, masih di Kota Cianjur hanya beda kecamatan saja. Jarak yang bisa ditempuh sekitar satu jam lebih untuk ke rumah nenek dengan naik bis.

Umur 6 tahun aku mulai masuk Sekolah Dasar, aku bersekolah di SD Negeri Sinar Gunung. Aku didaftarkan oleh nenek dan kakek. Hari pertama masuk sekolah aku sangan malu sekali, sekaligus sedih karena hari pertama aku masuk sekolah aku tidak diantar sama orangtua. Aku sedih ketika melihat teman-teman yang lain diantar oleh orangtuanya, sedangkan aku hanya diantar sampai pintu gerbang sekolah saja, kemudian nenek langsung pergi karena nenek mau pergi ke ladang. 

Hari demi hari aku sekolah, aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas yang biasa dilakukan di rumah nenek. Sedikit cerita, nenek & kakekku adalah orang yang sangat tegas dan disegani sama semua orang, dan mereka sangat taat dalam beribadah. Aku pun bisa membaca Al-Qur’an berkat ajaran mereka. 
Hanya 6 bulan aku tinggal bersama nenek & kakekku. Kemudian aku tinggal bersama orangtuaku lagi. Sebenarnya aku sangat senang ketika ayah menjemputku kala itu, karena aku tidak betah tinggal bersama nenek. Karena menurutku kasih sayang dan perhatian siapapun tidak akan pernah bisa sama dengan perhatian dan kasih sayang mamah dan ayah. 

Hari itu, aku mulai sekolah lagi di sekolah yang baru. Saat itu aku bersekolah di SD Negeri Gunungsari di daerah tempat tinggalku, tepatnya di Leuwi Sari. Aku harus belajar beradaptasi lagi dengan teman yang lainnya. Inilah hal yang tidak aku suka, aku sangat susah sekali beradaptasi dengan orang baru. Tetapi lama kelamaan aku bisa bergaul dengan mereka. Memang semua membutuhkan proses hehe. 
Prestasiku disekolah tidak terlalu buruk, Alhamdulillah aku selalu masuk peringkat 5 besar. Tetapi aku sedih, karena semua orang selalu meremehkanku. Mereka tidak pernah percaya dengan prestasi yang aku dapat, dengan alasan karena aku ini adalah anak yang pemalu, mana mungkin bisa masuk peringkat 5 besar. 

Tetapi aku bersyukur karena diantara banyak teman yang mermehkanku, Allah memberikan aku 3 orang teman yang sangat peduli denganku. Mereka adalah Dizha, Iceu dan Lusi. Mereka bertiga termasuk orang berada, sedangkan aku berasal dari keluarga yang biasa saja. Mereka sangat baik terhadapku, ketika aku tidak membawa uang jajan, mereka selalu memberiku uang. Mereka selalu ada disaat aku susah. 

Kelas 3 SD semester akhir, waktu itu aku berusia 8 tahun. kalau tidak salah hari Kamis tanggal 22 Juni 2006. Itu adalah hari yang sangat menyedihkan bagi keluargaku. Hari itu adalah hari dimana ayah pergi meninggalkan dunia. Hal yang sangat sulit aku percaya bahwa aku sudah tidak memiliki ayah. Dunia saat itu seakan-akan seperti mau kiamat, aku sedih sekali saat itu, air mata tak henti-hentinya keluar. 
Aku sedih melihat mamah saat itu, diusia muda, waktu itu mamah berusia 35 tahun, dengan sangat terpaksa mamah sudah harus menjadi seorang janda. Padahal saat itu kami berempat masih kecil-kecil, kami masih membutuhkan sosok seorang ayah. Tetapi Allah punya cara lain untuk membahagiakan hambanya. 

Ayah meninggalkan kami saat usianya 50 tahun. Selisih 15 tahun dengan mamah. Ayah meninggal karena memiliki riwayat penyakit ginjal. Aku masih tidak percaya secepat ini ayah meninggalkan kami. Tetapi aku tidak bisa terus terpuruk, aku harus bangkit. Saat itu aku memang masih kecil. Tetapi masih sangat melekat dalam benakku kala itu ketika aku melihat ayah sudah terbalut dengan kain kafan. 

Hari cepat berlalu. Aku dan keluarga sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran ayah. Dan kini aku sudah lulus SD, Alhamdulillah aku mendapat peringkat pertama dengan NEM tertinggi. Aku tidak ingat nemnya berapa, tapi yang jelas aku sangat bahagia kala itu. Aku mendapat bingkisan dari bapak dan ibu guru, kalau tidak salah isinya seragam sekolah SMP lengkap dengan alat tulisnya. Mamah memelukku sangat erat. Aku sangat terharu saat itu, dan air mata mulai menetes ketika mamah membisikkan ”mamah bangga sama kamu, Mi.” Padahal menurutku itu belum seberapa, tapi Alhamdulillah kalau itu membuat mamah senang. 

Lulus SD, aku melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya yaitu SMP. Aku bersekolah di SMP Negeri 3 Tanggeung. Jarak dari rumahku ke sekolah sekitar 1 km. Aku menempuhnya dengan berjalan kaki melewati jalan yang becek dan jelek. Di SMP aku bukan termasuk siswa yang aktif, aku tidak mengikuti ekstrakurikuler apapun, tapi sebelumnya pernah sekali aku mengikuti eskul PMR, itupun hanya 2 minggu aku mengikutinya setelah itu keluar. Alasan aku tidak mengikuti eskul karena mamahku sangat over protektif terhadap anak-anaknya, dan aku termasuk anak yang bisa dibilang selalu patuh terhadap aturan, dan aku tidak pernah membantah apa yang dilarang orangtua. 

Pada saat aku SMP sering sekali terdengar kabar banyak anak perempuan yang hamil diluar nikah, dan itulah alasan mamah selalu melarangku ikut kegiatan-kegiatan di sekolah. Sebenarnya kalau menurutku itu sama sekali tidak ada hubungannya. Tergantung anaknya bergaul dengan siapa. Tetapi aku tidak mau ambil pusing, aku selalu menuruti apa kata mamah. Walaupun sebenarnya ingin sekali membantah. 
Ketika SMP aku selalu mendapat peringkat 3 besar. Walaupun aku bukan termasuk siswa yang aktif. Ketika hari pelulusan tiba, aku mendapat nilai nem tertinggi kedua. Sedikit kecewa sih, tetapi tidak apa yang terpenting aku lulus SMP dengan nilai yang tidak terlalu buruk. 

Tahun 2013 aku sudah lulus SMP. Aku ingin sekali melanjutkan sekolah ke SMA, tetapi mamah tidak ada biaya untuk menyekolahkanku. Memang pada saat itu, ekonomi keluarga sedang tidak stabil dan akhirnya mengharuskan aku menunda keinginan untuk melanjutkan sekolah. 

Setahun lamanya aku jadi pengangguran, tidak ada kegiatan apapun yang bisa aku lakukan di rumah. Aku seakan-akan menjadi benalu keluarga. Aku selalu berdo’a kepada Allah semoga tahun depan aku bisa sekolah. Dan Allah selalu punya cara untuk membuat hambanya bahagia. 

Waktu itu, kakakku yang pertama menelponku. Dia memberitahukan kepadaku bahwa ada yang ingin menyekolahkanku dengan syarat aku harus mengurus anaknya. Dan ternyata yang ingin menyekolahkanku adalah pemilik perusahaan ditempat kakakku bekerja. Aku sangat senang mendengar kabar itu, tanpa berpikir panjang aku langsung mengiyakan, karena pada saat itu keinginanku untuk bersekolah sangat menggebu-gebu. 

Bulan Mei 2014, aku diajak kakakku untuk pergi ketempat dimana orang yang akan menyekolahkanku tinggal, namanya Bu Rosa yaitu di Kota Tangerang. Dengan dibekali uang Rp. 200.000-, dan baju ganti beberapa stel, aku tinggal bersama Bu Rosa. Antara sedih dan bahagia campur aduk menjadi satu, tapi keinginanku untuk bersekolah mengalahkan semua yang ada di pikiranku. Bulan Juli aku mulai masuk sekolah. Aku bersekolah di SMA Negeri 9 Tangerang, aku sangat bahagia saat itu, karena aku bisa merasakan lagi yang namanya sekolah setelah setahun lamanya menjadi pengangguran dirumah. 

Sewaktu kelas 1 SMA Aku mengikuti ekstrakurikuler Rohis dan sampai lulus aku tetap mengikuti eskul itu. Aku berhasil mengambil jurusan IPA setelah kenaikan kelas tersebut. dikelas 3 aku memiliki teman-teman yang sangat kompak. Sampai Suatu ketika, kami sedang bermain kartu didalam kelas ketika guru tidak masuk. Hamprr satu kelas yang ikut bermain kartu meskipun kami main tidak menggunakan taruhan-taruhan. Akhirnya kami tertangkap basah oleh guru BK. Dan kami dihukum satu kelas, dan yang pernah ikut main kartu nama-namanya dimasukkan ke buku kasus. Tapi setalah itu kami tidak mengulanginya lagi. 

Hanya setahun aku tinggal bersama Bu Rosa. Karena pada saat itu beliau sedang terkena masalah dikantornya, dan mengharuskan aku keluar dari rumah. Aku bingung sekali saat itu. Bagaimana nasib sekolahku kedepannya. Tetapi Allah selalu ada ketika aku membutuhkan, akhrinya kakakku memutuskan untuk cari kontrakan yang dekat dengan sekolahku. Saat itu kakakku sudah tidak bekerja di tempat Bu Rosa lagi, kakakku bekerja di tempat percetakan di Jakarta. 

Karena aku tinggal hanya berdua di kontrakan, banyak sekali komentar-komentar tetangga yang tidak mengenakan. Akhirnya mamah dan adikku pindah ke Tangerang. Sampai saat ini kami sekeluarga tinggal di Tangerang. 

Pada tanggal 13 April 2017 aku melaksanakan ujian nasional (UN). Aku ketakutan menghadapi ujian ini, tetapi aku bawa enjoy aja. Oleh Karena itu, seminggu sebelum UN dilaksanakan aku benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Karena aku tidak mau mengecewakan mamah yang telah bersusah payah menyekolahkan ssaya sampai sekarang dengan ikhlas tanpa mengharapkan belas kasihan apapun dari anaknya. Yang selalu menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itu aku harus memberikan yang terbaik untuk mamah. 

Pada tanggal 2 mei 2017 yang mana pada hari itu adalah pengumuman kelulusan, aku berdo’a di dalam hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuanku. Saya merasa takut, cemas namun aku takut untuk. Melihat teman-teman sekolah sudah membuka amplopnya semuanya bergembira. 
Ketika aku menerima amplop tersebut dari wali kelas jantungku berdebar semakin kencang, perlahan aku membukanya dengan membaca bismillah dan berdo’a kepada Allah sambil berharap diluluskan. 

Setelah mengetahui isi amplop tersebut, alhamdulillah akhirnya semua perasaan itu lega. Aku sangat bersyukur karena Allah SWT telah menjawab do’a saya, tidak sabar saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada mamah dirumah. Aku segera pulang menemui orang tua dan memberi tahu bahwa Aku lulus walaupun dengan nilai pas-pasan. 

Setelah lulus SMA, aku ingin sekali melanjutkan kuliah, tapi apalah daya ekonomi orang tua tidak bisa di paksakan, apalagi hanya mamah orangtuaku satu-satunya, setelah 11 tahun Ayah pergi menghadap Sang Maha Pencipta, semenjak itu mamah lah yang membiayai kebutuhan kami . Aku tidak mungkin terus membebani mamah, dan di sinilah ujian hidup di mulai. Setiap hari aku selalu berpikir, apa yang harus kulakukan sekarang? Kalaupun kerja, paling aku hanya menjadi seorang SPG toko biasa, karena zaman sekarang tidak mudah mencari pekerjaan dengan bermodalkan Ijazah SMA saja sekalipun dengan skill yang di miliki. 

Sekarang aku sedang mengikuti diklat di Rumah Gemilang Indonesia di Kota Depok. Jurusan yang aku pilih adalah Aplikasi Perkantoran. RGI bisa dibilang seperti pondok pesantren. Aku betah disini, karena aku sangat menyukai kehidupan seperti ini. Semoga lulusnya dari RGI aku bisa mendapatkan skill dan ilmu agamaku bertambah. Harapanku kedepannya semoga aku mendapat pekerjaan dan bisa melanjutkan kuliah dengan uang aku sendiri. 

Berbicara tentang cinta, aku pernah merasakan yang namanya jatuh cinta terhadap lawan jenis. Pertama kali aku merasakannya adalah ketika aku kelas 2 SMP. Waktu itu mengagumi teman sekelasku, namanya Deni. Dia berbadan tinggi dan berparas tampan. Entah sejak kapan timbul bernih-benih cinta ini, yang jelas aku selalu salah tingkah ketika berada didekatnya. Selang 1 bulan, aku mendengar kabar ternyata dia juga suka sama aku, ah betapa berbunga-bunganya hatiku. Dan akhirnya kamipun resmi pacaran. Tetapi hanya 1 bulan aku pacaran sama dia, dan itupun aku yang memutuskan. Setelah putus sama dia, aku tidak lagi pacaran. 

Kelas 2 SMA, aku merasakan lagi yang namanya jatuh cinta. Kali ini tidak satu sekolah. Dia bersekolah di SMA 94 Jakarta. Aku kenal dia dari temanku. Dia anak santri, tinggi dan lumayan putih. Awalnya aku tidak suka, tetapi karena dia selalu melemparkan perhatian dan gombalan-gombalan yang membuatku senang, akhirnya aku suka dan kami resmi pacaran. Tidak lama aku pacaran sama dia. Kalau tidak salah hanya seminggu. Alasannya karena ingin fokus untuk Ujian kenaikan kelas semester 2. 

Setelah itu aku memutuskan untuk tidak pacaran lagi. Karena menurutku pacaran itu hanya membuang-buang waktu saja. Dan itu juga dilarang oleh agama. Aku selalu bersyukur, karena Allah selalu menjaga dan melindungiku. Alhamdulillah, ketika aku pacaran aku tidak pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang pacaran pada umumnya. Hanya lewat sms dan telpon. Itupun secara sembunyi-sembunyi dari mamah. 

Dan inilah aku yang sekarang. Aku dengan kehidupan baruku, aku yang sekarang bukan aku yang dulu. Aku sudah bukan anak kecil lagi, kini aku sudah dewasa, aku sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, walaupun terkadang aku masih labil. Aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga dan melindungiku, semoga Allah selalu membimbingku dalam penghjrahan ini. 


Cukup sekian & terimakasih.

2 comments for "Contoh Autobiografi Dari Kecil Sampai Dewasa"